Peran individu dalam suatu organisasi
Pelibatan dan partisipasi anggota {individu} dalam organisasi menjadi
lebih penting ketika organisasi tersebut memulai suatu fungsi karena
tanpa keterlibatanya kegunaan atau fungsional organisasi tersebut tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Keterlibatan dan partisipasi juga cenderung menghasilkan suatu kinerja,
pola kegiatan serta hasil dari keterlibatan seluruh unsur manusia dalam
organisasi akan menghasilkan suatu fungsi dalam organisasi.
Masing–masing dari individu tersebut di dalam suatu organisasi mempunyai
peran yang beragam dan mempunyai keterikatan terhadap suatu wadah,
yaitu organisasi. Individu merupakan komponen vital dalam suatu
organisasi tetapi tidak efisien jika “individu” ingin mencapai suatu
tujuan dasar organisasi. Karena individu tidak mempunyai struktur dan
sistem untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Organisasi Formal
Organisasi formal ini merupakan organisasi yang dengan sengaja
direncanakan dan strukturnya secara tegas disusun. Organisasi formal
harus memiliki tujuan atau sasaran . Tujuan organisasi ini akan
menentukan struktur organisasinya. Jadi, struktur organisasi merupakan
suatu kerangka yang menunjukkan seluruh kegiatan-kegiatan untuk
pencapaian tujuan organisasi , hubungan antar fungsi-fungsi, serta
wewenang dan tanggung jawabnya.
Kelompok Kerja Formal di organisasi
Organisasi mempunyai beberapa tipe utama kelompok kerja formal,yaitu:
>Kesatuan tugas khusus (special task forces) : Kesatuan tugas
khusus atau tim, dibentuk untuk menangani suatu masalah atau tugas
khusus. Kesatuan ini keberadaannya hanya sampai tugas diselesaikan atau
masalah terpecahkan. Kesatuan tugas biasanya dibentuk untuk menangani
masalah - masalah dan tugas –tugas yang kompleks dan melibatkan beberapa
satuan kerja organisasi yang meliputi para wakil dari suatu organisasi,
ditambah para ahli yang secara teknis diperlukan untuk menangani
masalah atau tugas.
>Panitia : Panitia tetap (standing committess ) dan panitia Ad
hoc. Panitia tetap ( dikenal sebagai panitia sruktural ) adalah bagian
tetap dari struktur suatu organisasi yang dibentuk untuk menangani tugas
yang terus-menerus ada dalam organisasi seperti panitia anggaran,
panitia pengembangan, produk baru, panitia pembelian, dsb. Panitia ini
biasanya membuat rekomendasi formal kepada menejer tingkat atas atau
mempunyai wewenang untuk membuat keputusan sendiri bagi suatu kegiatan
organisasi yang terbatas. Panitia Ad Hoc mempunyai fungsi yang serupa
dengan panitia tetap, hanya tidak bersifat tetap. Tujuan dibentuknya
panitia manajemen adalah untuk mengkoordinasikan dan mempertukarkan
informasi, memberi saran manajemen, puncak atau bahkan membuat keputusan
sendiri.
>Dewan atau Komisi
Organisasi Informal
Organisasi informal memainkan penting dalam dinamika perilaku
organisasi. Organisasi informal berdiri di atas struktur yang tidak
jelas, fleksibel, sukar didefinisakan, anggotanya sulit ditentukan, dan
pola hubungan di antara para anggotanya tanpa tujuan yang khusus.
Kelompok - kelompok informal muncul tak terhindarkan kapan saja
orang-orang bergabung bersama dan berinteraksi kapan saja orang-orang
bergabung bersama dan berinteraksi dalam pengelompokkan-pengelompokkan
sosial.
Alasan utama terbentuknya organisasi informal adalah untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusiawi yang tidak sepenuhnya dapat dipuaskan oleh
organisasi formal, seperti pengenalan diri, pengetahuan tentang
perilaku yang diterima, perhatian, pelestarian nilai-nilai budaya,
bantuan dalam pencapaian tujuan, kesempatan berpengaruh dan berkreasi,
dan kebutuhan akan informasi serta berkomunikasi.dalam
pengelompokkan-pengelompokkan sosial.
Kebutuhan-kebutuhan yang mendasari terbentuknya organisasi informal :
Kebutuhan sosial
Orang membutuhkan lebih dari sekedar komunikasi yang bersifat formal
berdasarkan struktur dalam organisasi formal. Orang butuh lebih dari itu
untuk memenuhi kebutuhannya sosialnya.
Pengetahuan perilaku yang dapat diterima
Melalui organisasi informal, orang akan mendapatkan
pengetahuan-pengetahuan tentang berbagai perilaku yang dapat diterima di
lingkungan organisasi. Hal tersebut tentu saja tidak mungkin
disampaikan dalam organisasi formal.
Perhatian / simpati
Membangun perhatian atau simpati dapat pula dilakukan melalui organisasi
informal,karena disini orang melakukan proses sosialisasi tanpa adanya
batas atau tanpa melihat posisi dalam organisasi formalnya.
Bantuan dalam pencapaian tujuan
Organisasi informal juga membantu organisasi formal dalam mencapai
tujuannya, melalui bentuk komunikasi untuk mempermudah anggota
organisasi lebih paham tanpa melalui saluran-saluran yang resmi.
Kesempatan berpengaruh dan berkreasi
Melalui organisasi informal seseorang diberi kebebasan untuk berkreasi
dan mempengaruhi orang lain sesuatu yang mungkin tidak pernah terjadi (
karena posisi yang dimilikinya ) dalam organisasi formalnya.
Pelestarian nilai-nilai budaya
Secara sadar atau tidak sadar, organisasi informal turut melestarikan
dan mensuburkan nilai-nilai budaya yang dimiliki organisasi. Walaupun
secara formal budaya ini juga disampaikan dan dikembangkan pada seluruh
anggota organisasi.
Komunikasi dan informasi
Kebutuhan terakhir yang mendasari organisasi informal adalah kebutuhan
akan komunikasi dan informasi. Terutama komunikasi dan informasi yang
tidak bisa disampaikan atau tertutup melalui organisasi formal.
#Pengalaman saya dalam berkelompok
Dalam sebuah perkuliahan pasti hampir setiap dosen memberikan tugas
kelompok berupa membuat makalah atau tugas kelompok lainnya, Pada suatu saat, salah satu
dosen memberikan tugas paper berikut dengan presentasinya. Di kelompok
tersebut saya berperan sebagai anggota. Salah satu mahasiswa tunjuk oleh
dosen sebagai ketua kelompok yang bertanggung jawab. kemudian dosen
memberikan materi/bahan untuk di presentasikan. dan ketua kelompok
nertugas membagi-bagikan tugas untuk mencari materi kepada masing-masing
anggota. setelah semua materi terkumpul. saya yang bertugas mengolah
bahan-bahan tersebut hingga menjadi sebuah paper. Di sini saya belajar
untuk berkelompok, berkerja sama antar anggota menjadi sebuah pekerjaan
menjadi ringan, di bandingkan berkerja sendiri atau individu.
Sumber:
*http://careabouteducation.wordpress.com/2011/09/22/peran-individu-dan-kelompok-dalam-suatu-organisasi/
*http://imnoviriyadi.blogspot.com/2011/11/kelompok-organisasi-formal-informal.html
Rabu, 25 April 2012
Selasa, 24 April 2012
Teori Pengambilan keputusan
Keputusan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang
dilakukan oleh seorang aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan suatu
masalah. Tindakan para aktor kebijakan dapat berupa pengambilan
keputusan yang biasanya bukan merupakan keputusan tunggal, artinya
keputusan diambil dengan cara mengambil beberapa keputusan yang saling
terkait dengan masalah yang ada. Pengambilan keputusan dapat diartikan
sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif
yang tersedia. Ada beberapa teori yang paling sering digunakan dalam
mengambil keputusan yaitu :
1. Teori Rasional Komprehensif
Barangkali teori pengambilan keputusan yang biasa digunakan dan diterima oleh banyak kalangan adalah teori rasional komprehensif yang mempunyai beberapa unsur
a. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas masalah)
b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.
c. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.
d. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.
e. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan dengan alternatif lain.
f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai, dan sasaran yang ditetapkan
Ada beberapa ahli antara lain Charles Lindblom , 1965 (Ahli Ekonomi dan Matematika) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan itu sebenarnya tidak berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit akan tetapi mereka seringkali mengambil keputusan yang kurang tepat terhadap akar permasalahan.
Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional dalam diri pengambil keputusan. Asumsinya adalah seorang pengambil keputusan memiliki cukup informasi mengenahi berbagai alternatif sehingga mampu meramalkan secara tepat akibat-akibat dari pilihan alternatif yang ada, serta memperhitungkan asas biaya manfaatnya.dan mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan
Pengambil keputusan sering kali memiliki konflik kepentingan antara nilai-nilai sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat. Karena teori ini mengasumsikan bahwa fakta-2 dan nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan mudah, akan tetapi kenyataannya sulit membedakan antara fakta dilapangan dengan nilai-nilai yang ada.
Ada beberapa masalah diperbagai negara berkembang seperti Indonesia untuk menerapkan teori rasional komprehensif ini karena beberapa alasan yaitu
- Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai untuk dasar pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan yang kurang tepat.
- Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara berkembangekologi budanyanya berbeda.
- Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur rasional dalam pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara berkembang kebanyakan korup sehingga menciptakan hal-hal yang tidak rasional.
2. Teori Inkremental
Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan merupakan madel yang sering ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambail keputusan. Teori ini memiliki pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk mencapanya merupakan hal yang saling terkait.
b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marjinal
c. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenahi sebab dan akibatnya.
d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan secara teratur dan memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.
e. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis yang mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
f. Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki atau melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.
Karena diambil berdasarkan berbagai analisis maka sangat tepat diterapkan bagi negara-negara yang memiliki struktur mejemuk. Keputusan dan kebijakan diambil dengan dasar saling percaya diantara berbagai pihak sehingga secara politis lebih aman. Kondisi yang realistik diberbagi negara bahwa dalam menagmbil keputusan/kebijakan para pengambil keputusan dihadapkan pada situasi kurang baik seperti kurang cukup waktu, kurang pengalaman, dan kurangnya sumber-sumber lain yang dipakai untuk analsis secara komprehensif.
Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang membuahkan hasil terbatas, praktis dan dapat diterima.
Ada beberapa kelemahan dalam teori inkremental ini
- keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan.
- Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak memperhatikan berbagai macam kebijakan lain
- Dinegara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang inkremental tidak tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan mendasar.
- Menutut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam membuat keputusan cenderung mengahsilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo
3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)
Beberapa kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru yaitu seperti yang dikemukakan oleh ahli sosiologi organisasi Aitai Etzioni yaitu pengamatan terpadu (Mixid Scaning) sebagai suatu pendektan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat fundamental maupun inkremental. Keputusan-keputusan inkremental memberikan arahan dasar dan melapangkan jalan bagi keputusan-keputusan fundamental sesudah keputusan-keputusan itu tercapai.
Model pengamatan terpadu menurut Etzioni akan memungkinkan para pembuat keputusan menggunakan teori rasional komprehensif dan teori inkremental pada situasi yang berbeda-beda.
Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan model inkremental dalam proses pengambilan keputusan.
Berdasarkan kompleksitasnya keputusan organisasi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni:
1. Keputusan Terprogram
Merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya, dalam keputusan terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami organisasi. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena pada umumnya kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi mengenai kinerja saat ini tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang tinggi. Tingkat kepastian relatif adalah perbandingan tingkat keberberhasilan antara 2 alternatif atau lebih. Contoh keputusan terprogram adalah, aturan umum penetapan harga pada industri rumah makan dimana makanan akan diberi harga hingga 3 kali lipat dari direct cost.
Contoh :pemberian cuti Mahasiswa, denda peminjaman buku, yudisium, PHK, penutupan rekening, pemutusan sambungan telp, denda bagi pengunjung hotel
2. Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram selain itu tingginya kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan perencanaan strategik.
Contoh: Pengembangan jenis usaha baru, keputusan merger, perluasan pabrik, pemilihan jurusan setelah lulus SMU
Sumber:
*http://sahri-rahman.blogspot.com/2011/12/teori-pengambilan-keputusan.html
*https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:EF7HlD_pgYYJ:liyantanto.files.wordpress.com/2009/09/spk2.ppt+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESiWpMywYyviWjn9fGH5u5EEhudi1uUg_DbLPBGLX42nOgSKB5c6GXf_hWW5KVtXgo4U3tk7uWfDIDMcu2tVhjvkhT7DCEBDTMTktB2I510bK4KmZd8CQ6tbx7_jc2Z-ag1bHeTn&sig=AHIEtbSlfveYWwHbUUNWjDOJ93jOfCWNsQ
1. Teori Rasional Komprehensif
Barangkali teori pengambilan keputusan yang biasa digunakan dan diterima oleh banyak kalangan adalah teori rasional komprehensif yang mempunyai beberapa unsur
a. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas masalah)
b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.
c. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.
d. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.
e. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan dengan alternatif lain.
f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai, dan sasaran yang ditetapkan
Ada beberapa ahli antara lain Charles Lindblom , 1965 (Ahli Ekonomi dan Matematika) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan itu sebenarnya tidak berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit akan tetapi mereka seringkali mengambil keputusan yang kurang tepat terhadap akar permasalahan.
Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional dalam diri pengambil keputusan. Asumsinya adalah seorang pengambil keputusan memiliki cukup informasi mengenahi berbagai alternatif sehingga mampu meramalkan secara tepat akibat-akibat dari pilihan alternatif yang ada, serta memperhitungkan asas biaya manfaatnya.dan mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan
Pengambil keputusan sering kali memiliki konflik kepentingan antara nilai-nilai sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat. Karena teori ini mengasumsikan bahwa fakta-2 dan nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan mudah, akan tetapi kenyataannya sulit membedakan antara fakta dilapangan dengan nilai-nilai yang ada.
Ada beberapa masalah diperbagai negara berkembang seperti Indonesia untuk menerapkan teori rasional komprehensif ini karena beberapa alasan yaitu
- Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai untuk dasar pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan yang kurang tepat.
- Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara berkembangekologi budanyanya berbeda.
- Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur rasional dalam pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara berkembang kebanyakan korup sehingga menciptakan hal-hal yang tidak rasional.
2. Teori Inkremental
Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan merupakan madel yang sering ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambail keputusan. Teori ini memiliki pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk mencapanya merupakan hal yang saling terkait.
b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marjinal
c. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenahi sebab dan akibatnya.
d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan secara teratur dan memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.
e. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis yang mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
f. Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki atau melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.
Karena diambil berdasarkan berbagai analisis maka sangat tepat diterapkan bagi negara-negara yang memiliki struktur mejemuk. Keputusan dan kebijakan diambil dengan dasar saling percaya diantara berbagai pihak sehingga secara politis lebih aman. Kondisi yang realistik diberbagi negara bahwa dalam menagmbil keputusan/kebijakan para pengambil keputusan dihadapkan pada situasi kurang baik seperti kurang cukup waktu, kurang pengalaman, dan kurangnya sumber-sumber lain yang dipakai untuk analsis secara komprehensif.
Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang membuahkan hasil terbatas, praktis dan dapat diterima.
Ada beberapa kelemahan dalam teori inkremental ini
- keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan.
- Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak memperhatikan berbagai macam kebijakan lain
- Dinegara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang inkremental tidak tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan mendasar.
- Menutut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam membuat keputusan cenderung mengahsilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo
3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)
Beberapa kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru yaitu seperti yang dikemukakan oleh ahli sosiologi organisasi Aitai Etzioni yaitu pengamatan terpadu (Mixid Scaning) sebagai suatu pendektan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat fundamental maupun inkremental. Keputusan-keputusan inkremental memberikan arahan dasar dan melapangkan jalan bagi keputusan-keputusan fundamental sesudah keputusan-keputusan itu tercapai.
Model pengamatan terpadu menurut Etzioni akan memungkinkan para pembuat keputusan menggunakan teori rasional komprehensif dan teori inkremental pada situasi yang berbeda-beda.
Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan model inkremental dalam proses pengambilan keputusan.
Berdasarkan kompleksitasnya keputusan organisasi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni:
1. Keputusan Terprogram
Merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya, dalam keputusan terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami organisasi. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena pada umumnya kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi mengenai kinerja saat ini tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang tinggi. Tingkat kepastian relatif adalah perbandingan tingkat keberberhasilan antara 2 alternatif atau lebih. Contoh keputusan terprogram adalah, aturan umum penetapan harga pada industri rumah makan dimana makanan akan diberi harga hingga 3 kali lipat dari direct cost.
Contoh :pemberian cuti Mahasiswa, denda peminjaman buku, yudisium, PHK, penutupan rekening, pemutusan sambungan telp, denda bagi pengunjung hotel
2. Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram selain itu tingginya kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan perencanaan strategik.
Contoh: Pengembangan jenis usaha baru, keputusan merger, perluasan pabrik, pemilihan jurusan setelah lulus SMU
Sumber:
*http://sahri-rahman.blogspot.com/2011/12/teori-pengambilan-keputusan.html
*https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:EF7HlD_pgYYJ:liyantanto.files.wordpress.com/2009/09/spk2.ppt+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESiWpMywYyviWjn9fGH5u5EEhudi1uUg_DbLPBGLX42nOgSKB5c6GXf_hWW5KVtXgo4U3tk7uWfDIDMcu2tVhjvkhT7DCEBDTMTktB2I510bK4KmZd8CQ6tbx7_jc2Z-ag1bHeTn&sig=AHIEtbSlfveYWwHbUUNWjDOJ93jOfCWNsQ
Langganan:
Postingan
(
Atom
)