Senin, 18 April 2011
IBD - Boleadoras
Boleadoras atau bolas (dari bahasa Spanyol bola) adalah senjata yang digunakan oleh gaucho Amerika Selatan. Senjata ini adalah senjata lempar. Bolas juga ditemui pada penggalian pemukiman pra-Hispanik, terutama di Patagonia, dimana penduduk asli menggunakannya untuk menangkap guanako dan ñandu.
Kesimpulan : Bahwa Boleadoras ini hanya ada di negara-negara bagian amerika selatan. Boleadoras ini bisa jadi daya tarik untuk mendatangkan wisatawan ke daerah amerika selatan
Sumber : Wikipedia
IBD - Perayaan Pertengahan Musim Gugur
Perayaan Pertengahan Musim Gugur jatuh pada tanggal 15 bulan 8 Imlek dan banyak cerita yang mendasarinya. Dipercayai bahwa asal muasal Perayaan Musim Gugur lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Karena pada saat itu Tiongkok merupakan negara pertanian, maka perayaan ini bertepatan dengan panen musim gugur.
Ada pula sebuah legenda yang dipercaya masyarakat Tiongkok sebagai awal dari perayaan ini, yaitu legenda mengenai Chang-E.
Pada perayaan itu secara umum langit sangat cerah dan cuaca nyaman, sehingga semakin menambah semarak rakyat yang merayakan.
Selama masa Dinasti Song, karena pengaruh orang-orang terpelajar, berdoa terhadap bulan menjadi sebuah kebiasaan. Memakan Kue Bulan menjadi hal yang tidak terpisahkan sejak akhir masa Dinasti Yuan, demikian pula dengan memandang bulan hingga tengah malam.
Perayaan Pertengahan Musim Gugur berdasarkan penanggalan Imlek, bukan Masehi. Yaitu tanggal 15 bulan 8 Imlek.
Kesimpulan : Bahwa Perayaan ini memberikan arti tersendiri dan tidak terpisahkan dari seluruh rakyat Tiongkok. Perayaan ini sangat bagus untuk di kembangkan dan di budidayakan.
Sumber : http://budayationghoa.blogspot.com/
IBD - Songkok
Songkok , yang disebut juga sebagai peci atau kopiah merupakan sejenis topi tradisional bagi orang Melayu. Di Indonesia, songkok yang juga dikenal dengan nama peci ini kemudian menjadi bagian daripada pakaian nasional, dan dipakai tidak hanya oleh orang Islam. Songkok juga dipakai oleh tentara dan polisi Malaysia dan Brunei pada upacara-upacara tertentu.
Songkok ini populer bagi masyarakat Melayu di Malaysia, Singapura, Indonesia dan selatan Thailand. Topi ini dikatakan berasal dari fez yang dipakai di Ottoman Turki. Songkok menjadi popular dikalangan India Muslim dan menurut pakar kemudiannya berangsur menjadi songkok di Alam Melayu. [2]Dalam kesusteraan Melayu, songkok telah disebut dalam Syair Siti Zubaidah (1840) "...berbaju putih bersongkok merah....".
Bagi kalangan orang Islam di Nusantara, songkok menjadi pemakaian kepala yang rasmi ketika menghadiri upacara-upacara resmi seperti upacara perkawinan, salat Jumat, upacara keagamaan dan sewaktu menyambut Idul Fitri dan Idul Adha. Songkok juga dipakai sebagai pelengkap kepada baju Melayu yang dipakai untuk menghadiri majelis-majelis tertentu.
Kesimpulan : Songkok itu ternyata tidak hanya ada di indonesia, teapi juga di pakai di Malaysia dan Brunei
Sumber : Wikipedia
Songkok ini populer bagi masyarakat Melayu di Malaysia, Singapura, Indonesia dan selatan Thailand. Topi ini dikatakan berasal dari fez yang dipakai di Ottoman Turki. Songkok menjadi popular dikalangan India Muslim dan menurut pakar kemudiannya berangsur menjadi songkok di Alam Melayu. [2]Dalam kesusteraan Melayu, songkok telah disebut dalam Syair Siti Zubaidah (1840) "...berbaju putih bersongkok merah....".
Bagi kalangan orang Islam di Nusantara, songkok menjadi pemakaian kepala yang rasmi ketika menghadiri upacara-upacara resmi seperti upacara perkawinan, salat Jumat, upacara keagamaan dan sewaktu menyambut Idul Fitri dan Idul Adha. Songkok juga dipakai sebagai pelengkap kepada baju Melayu yang dipakai untuk menghadiri majelis-majelis tertentu.
Kesimpulan : Songkok itu ternyata tidak hanya ada di indonesia, teapi juga di pakai di Malaysia dan Brunei
Sumber : Wikipedia
Minggu, 17 April 2011
IBD - CHEONGSAM
Cheongsam diadaptasi dari kata changshan yang berarti baju panjang. Menggambarkan baju satu potong pas di badan yang dikenakan oleh perempuan China. Pada beberapa daerah lain juga dikenal dengan sebutan Qipao. Jika melihat perkembangannya, Cheongsam merupakan simbol dari kebangkitan wanita modern di negeri China saat itu.
Cheongsam mulai dikenakan pada awal abad 20 oleh para wanita Shanghai. Kebanyakan pemakainya adalah guru dan pelajar. Cheongsam pada masa itu merupakan busana yang nyaman, praktis, dan ekonomis, sebagai hasil modifikasi dari busana awal mereka yang berupa jubah lebar dan berlapis-lapis.
Dari tampilannya potongan Cheongsam memang sederhana. Tidak memiliki banyak aksesoris, seperti sabuk, atau selendang. Jadi pada masa itu, mereka yang memiliki Cheongsam, dengan warna dan bordir yang beraneka ragam dianggap sebagai wanita berada. Semakin banyak bordiran pada Cheongsam, semakin tinggi kelas ekonomi sang pemakai. Pada tahun-tahun tersebut, Cheongsam menjadi busana wajib bagi wanita yang ingin digolongkan sebagai kalangan wanita menengah ke atas di Shanghai kala itu.
Kini Cheongsam tidak hanya familiar dikalangan etnis Tionghoa saja. Beberapa model potongan cheongsam perlahan diadopsi dan dipadukan dengan busana gaya apa saja. Hasil adoposi Cheongsam ini akhirnya menghasilkan berbagai desain busana yang elegan dan menarik.
Cheongsam tradisional memiliki model mengecil di bagian bawah dan biasanya hanya berwarna merah. Bahannya juga terbuat dari satin. Kini sesuai dengan perkembangan zaman, Cheongsam lebih dimodifikasi dengan berbagai bahan, seperti sutra yang lebih ringan. Potongannya juga tidak hanya memanjang hingga ke mata kaki, namun saat ini ada yang tiga pertempat atau yang lebih pendek lagi diatas lutut. Selain itu juga ada Cheongsam two pieces (ada blouse dan rok).
Kesimpulan : Bahwa Cheongsam ini hanya ada di China dan biasanya dikenakan oleh perempuan China. Konon yang saya cari infonya di Internet, untuk mempercantik penampilan, dulunya wanita china mengenakan Cheongsam dengan sepatu tertutup berbentuk kecil. Tapi kini, Cheongsam tampak lebih cantik jika dikenakan dengan selop bertumit tinggi. Model sepatu yang dikenakan juga tidak lagi tertutup, tapi juga terbuka dengan hiasan tali.
Senin, 11 April 2011
IBD - Kali Puja
Kali Puja atau Shyama Puja adalah festival untuk memuja dewi Kali dalam agama Hindu. Festival ini ebrtepatann dengan hari Lakshmi Puja dari Diwali di India. Sementara banyak orang India memuja dewi Lakshmi, orang Bengali, Oriyas dan Assamese jusru memuja dewi Kali.
Festival Kali Puja bukanlah ritual kuno. Festival ini baru dikenal setelah abad ke-18, namun teks keagamaan Kalika mangalkavya dari abad ke-17 oleh Balram menyebutkan tentang adanya sebuah festival tahunan untuk dewi Kali. Kali Puja pertama kali dipekenalkan di Bengali pada abad ke-18 oleh raja Krishnachandra dari Navadvipa. Kali Puja menjadi populer pada abad ke-19. Ketika itu cucu Krishanachandra, Ishvarchandra, dan para elit Bengali ikut menggelar Kali Puja dalam skala besar.Bersama dengan Durga Puja, kini Kali Puja merupakan festival dewi terbesar di Bangladesh.
Sejarah Kali PujaKali puja dirayakan dengan banyak semangat dan gembar-gembor di Bengal dan oleh dunia masyarakat bengali alih setelah Durga Puja selama waktu Diwali. Hal ini diyakini bahwa Maharaja Krishnan Chandra dari Nawadweep adalah yang pertama untuk merayakan Kali Puja di wilayahnya. Semua orang diperintahkan untuk merayakan puja Kali dan dengan demikian 10.000 gambar Kali yang disembah. Ratanti Kali Puja dirayakan pada zaman kuno sebelum puja Kali ini. Hal ini diyakini bahwa bentuk kini Kali ini disebabkan mimpi oleh seorang ilmuwan terkemuka pesona India dan ilmu hitam atau 'Tantra' dan penulis Tantra Saar, Krishnananda Agambagish, seorang kontemporer Lord Chaitanya. Dalam mimpinya ia diperintahkan untuk membuat gambar setelah angka pertama yang dilihatnya di pagi hari. Saat fajar, Krishnanand melihat seorang pelayan langsat gelap dengan tangan kiri menonjol dan membuat kue kotoran sapi dengan tangan kanannya. Tubuhnya bersinar dengan titik-titik putih. Penyebaran vermillion di dahinya ketika dia sedang mengelap keringat dari dahinya. Rambutnya berantakan. Ketika dia berhadapan dengan Krishnananda tua, ia menggigit lidahnya karena malu. Ini sikap pembantu rumah itu kemudian digunakan untuk menggambarkan berhala Dewi Kali. Dengan demikian terbentuklah citra Kali.
Kali Puja PerayaanKali Puja adalah festival besar bagi rakyat Bengal setelah Durga Puja. Hal ini dirayakan dengan penuh semangat dan antusiasme. Seperti Diwali, orang-orang di lampu cahaya Bengal, dan kembang api untuk menyambut Kali Ma. Rumah yang dihiasi dan Rangoli diambil di depan rumah. Kali puja dilakukan larut malam. Orang mencari dia berkat Maa Kali selama puja.
Kesimpulan
Bahwa Kali Puja ini merupakan festival yang sangat berarti untuk rakyat India. Festival ini sangat bagus untuk terus di lakukan.Festival ini dirayakan pada hari pertama bulan Ashwin (Bulan di india).
Sumber : Wikipedia
Festival Kali Puja bukanlah ritual kuno. Festival ini baru dikenal setelah abad ke-18, namun teks keagamaan Kalika mangalkavya dari abad ke-17 oleh Balram menyebutkan tentang adanya sebuah festival tahunan untuk dewi Kali. Kali Puja pertama kali dipekenalkan di Bengali pada abad ke-18 oleh raja Krishnachandra dari Navadvipa. Kali Puja menjadi populer pada abad ke-19. Ketika itu cucu Krishanachandra, Ishvarchandra, dan para elit Bengali ikut menggelar Kali Puja dalam skala besar.Bersama dengan Durga Puja, kini Kali Puja merupakan festival dewi terbesar di Bangladesh.
Sejarah Kali PujaKali puja dirayakan dengan banyak semangat dan gembar-gembor di Bengal dan oleh dunia masyarakat bengali alih setelah Durga Puja selama waktu Diwali. Hal ini diyakini bahwa Maharaja Krishnan Chandra dari Nawadweep adalah yang pertama untuk merayakan Kali Puja di wilayahnya. Semua orang diperintahkan untuk merayakan puja Kali dan dengan demikian 10.000 gambar Kali yang disembah. Ratanti Kali Puja dirayakan pada zaman kuno sebelum puja Kali ini. Hal ini diyakini bahwa bentuk kini Kali ini disebabkan mimpi oleh seorang ilmuwan terkemuka pesona India dan ilmu hitam atau 'Tantra' dan penulis Tantra Saar, Krishnananda Agambagish, seorang kontemporer Lord Chaitanya. Dalam mimpinya ia diperintahkan untuk membuat gambar setelah angka pertama yang dilihatnya di pagi hari. Saat fajar, Krishnanand melihat seorang pelayan langsat gelap dengan tangan kiri menonjol dan membuat kue kotoran sapi dengan tangan kanannya. Tubuhnya bersinar dengan titik-titik putih. Penyebaran vermillion di dahinya ketika dia sedang mengelap keringat dari dahinya. Rambutnya berantakan. Ketika dia berhadapan dengan Krishnananda tua, ia menggigit lidahnya karena malu. Ini sikap pembantu rumah itu kemudian digunakan untuk menggambarkan berhala Dewi Kali. Dengan demikian terbentuklah citra Kali.
Kali Puja PerayaanKali Puja adalah festival besar bagi rakyat Bengal setelah Durga Puja. Hal ini dirayakan dengan penuh semangat dan antusiasme. Seperti Diwali, orang-orang di lampu cahaya Bengal, dan kembang api untuk menyambut Kali Ma. Rumah yang dihiasi dan Rangoli diambil di depan rumah. Kali puja dilakukan larut malam. Orang mencari dia berkat Maa Kali selama puja.
Kesimpulan
Bahwa Kali Puja ini merupakan festival yang sangat berarti untuk rakyat India. Festival ini sangat bagus untuk terus di lakukan.Festival ini dirayakan pada hari pertama bulan Ashwin (Bulan di india).
Sumber : Wikipedia
Langganan:
Postingan
(
Atom
)